Tuesday 28 May 2013

Buku dan Pajak di Negeri Ini

"Beli buku banyak-banyak, nanti pajak kita dipotong senilai buku yang kita beli!" begitu saran seorang tema.

Pucuk dicinta ulam tiba. Seminggu ini, kami dihebohkan oleh informasi book fair yang super duper murah. Buku dengan kualitas bagus, berbagai genre dan jenis, dijual dengan harga tak lebih dari RM 20 saja.


Kesempatan membeli buku gratis, nih! Pikir saya. Iya, dong, gratis. Coba kita pikirkan.

Di akhir tahun, kami wajib membayar pajak penghasilan. Nah, jumlah pajak penghasilan itu akan berkurang jika kita bisa menunjukkan resit pembelian buku. Total nilai buku selama setahun yang bisa ditukar dengan jumlah pajak wajib bayar adalah RM 1000. Ya, seribu ringgit! Untuk sekadar beli buku anak-anak yang tanpa diskon pun jumlah itu tentu sudah sangat mencukupi.

Meskipun sekarang kami harus bayar dulu, ujung-ujungnya diganti juga dengan uang pajak, kan? Kalaupun ada orang yang enggak suka baca buku misalnya, daripada cuma bayar pajak, lebih baik kan yang seribu ringgitnya buat beli buku... hehehe *prinsip tak mau merugi

Inilah kebijakan yang bisa memotivasi penduduknya untuk membeli buku banyak-banyak. Inilah kebijakan yang membantu para emak untuk royal membeli buku. Dan inilah kebijakan yang pada akhirnya bisa memfasilitasi anak-anak untuk memiliki banyak buku hingga akhirnya mencintai buku.

Katanya buku jendela dunia. Gimana bisa buka jendela kalau punya saja tidak?

Terakhir, kami berharap... suatu hari nanti kebijakan ini pun akan berlaku di negeri tercinta. Hingga para penulis berlomba-lomba menulis buku bagus karena para pembeli bersemangat untuk membeli buku. Aamiin, :-)

Kalap di Book Fair

Buku. Anak-anak sangat menyukainya. Bahkan si kecil pun begitu. Dan ketika Mama menjanjikan untuk membeli buku di book fair dengan harga diskon sampai 90%, mereka lonjak-lonjak bergembira. Wiiii... senangnya.


"Boleh beli buku apa saja, Ma?" tanya si sulung.

"Boleh apa saja. Tapi lihat yang bagus dan berguna untuk Abang," jawab saya.

Sayangnya kenyataan tak semulus rencana. Hari Ahad lepas Isya, kami keluar rumah. Rencananya mau nyari makan terus ke book fair. Ehhh, malah mampir ke toko kain beli selimutnya anak-anak. Ha ha... nyimpangnya jauh banget.

Besoknya, rupanya Ayah ada kelas petang. Jam 8 malam baru selesai, padahal tuh book fair tutupnya jam 10. Gagal lagiiii...

Alhamdulillah, Selasa sore si Ayah nelepon dari kampus, nanya perginya jam berapa. Senengnyaaaa... "Anak-anak sudah siap, Yah. Berangkat sekarang pun boleh!" jawab saya penuh semangat.

Akhirnya, sesaat setelah Ayah datang kami pun berangkat.

Sempat mampir ke rumah Bu Tuti, sahabat plus tetangga cantik *siap-siap nerima seloyang pizza*
Ternyata beliau enggak jadi. Kami pun berangkat sendiri.

Singkat cerita, sampai di Danga City Mall, kami langsung menuju gedung Expo. Daaannnn... ketika masuuukkk, whoaaaaaa! Berjuta buku bertumpuk-tumpuk, menunggu pembeli untuk mengadopsinya pulang...

Tanpa pikir panjang, Kite Runner langsung masuk kardus! *10rm saja, hehe*

Thariq dan Zaki lari ke bagian buku anak. Sibuk memilih sendiri.


Ayah lihat-lihat ensiklopedia, dapat empat buku tebal-tebal tentang wild life, flower dan bird. Masing-masing RM 20 saja. Untuk anak-anak katanya... *tapi Mama sensor sesuai kesukaan anak-anak, hihihi* Ayah juga memilih novelnya Pak John Grisham. Katanya sih mau dibaca... dan semalam memang dibawa pas mau tidur. Entah jadi dibaca apa enggak, secara beliau sibuk banget, hihihi...

Sementara Mama... alih-alih ikutan milih buku malah ngejar-ngejar Farid... hohoho. Terakhir pas mau pulang, dapat juga satu buku resep, :-)

Dan, lihaaat! Farid baca Flanimal, monster di buku pop-up!





Total ada 15 buku tebal dan tipis. Paling murah RM 3 dan paling mahal RM 20. Untuk semuanya, kami hanya membayar RM 164 saja... Wuiiii, murahnyaaaa...



Sunday 26 May 2013

Every Boys is Unique

Bahwa setiap anak lelaki menyukai bola, saya hampir mempercayainya. Buktinya, setiap bertemu bola, anak-anak selalu antusias. Memainkannya meski enggak semahir para pemain bola.

Bahwa setiap anak lelaki suka berantem-beranteman, saya pun hampir mempercayainya. Bahkan Farid, 1 tahun 10 bulan, suka melakukannya bersama Abang dan Masnya. Ia tak peduli meskipun badangnya paling kecil sendiri. Sepertinya, ia merasa cukup besar untuk menjadi 'lawan' Abang dan Mas.

Yang jelas-jelas saya percayai adalah bahwa setiap anak lelaki adalah unik. Mereka punya sifat, karakter, cara tumbuh, cara berkembang dan cara berkomunikasi yang berbeda.

Kali ini, ijinkan saya bercerita tentang Zaki, 6 tahun 8 bulan.

Baby Zaki lahir di RS Al Islam, Bandung, 10 September 2006. Melahirkannya, saya bahkan sempat pingsan akibat tak kuat dengan sakitnya diinduksi. Masya Allah, sebuah pengalaman yang nikmat luar biasa.

Saya terbangun ketika sudah di ruang bersalin. Saya tak sadar saat dipindahkan dari ruang sebelumnya.

Tapi detik-detik melahirkan Zaki adalah yang tercepat. Ia lahir tanpa saya sadari. Bahkan saya tak merasa ia sudah di luar, :-P *gimana sih? hihihi

Zaki sempat kuning karena darah kami berbeda. Inget banget ketika ia tiduuurrr terus pada hari ketiga setelah kelahirannya. Saya merasa senang karena saya kira ia bayi yang anteng, ternyataaa... hiks. Alhamdulillah, ia sehat kemudian. Setelah disusuin dan dijemur.

Zaki tumbuh dan tumbuh. Semasa balita, ia dikenal sebagai anak yang aktif. Bahkan saya sempat khawatir karena beberapa kali kedapatan 'memukul' temannya. Hingga suatu hari ada seorang Ibu yang takut anaknya berdekatan dengan Zaki, :-(

Soal sekolah, berbeda dengan Abangnya yang memulai sekolah sejak umur 3 tahun, Zaki terlambat. Ia baru masuk TK umur 6 tahun. Akibatnya, ia pun terlambat belajar menyesuaikan diri dan bersosialisasi. Sedih rasanya saat mengingat Zaki berjalan terbungkuk-bungkuk karena takut dengan Cikgunya, :'(

Saya bahkan sampai meminta perhatian para Cikgu untuk tidak membentaknya. Takut ia mundur dan tak mau sekolah lagi.

Tadi siang, ketika saya telepon Bapak di Malang, yang pertama kali beliau tanyakan adalah Zaki.

Saya bilang, Alhamdulillah, Zaki sudah jauh lebih baik. Sekolahnya sudah tidak ogah-ogahan lagi. "Ini pasti berkat doa Mbah dari Mekkah," ucap saya menirukan Zaki.

"Alhamdulillah, Bapak doakan betul-betul memang. Tak rewangi nangis ndungakno Zaki, Ar. Sakno. Zaki pasti punya kelebihan. Hanya kalian berdua harus sabar," nasihat Bapak, membuat air mata saya meleleh.

Iya. Kesabaran kami memang lebih sering habis saat menghadapinya.
Padahal ia hanyalah bocah kecil yang belum bisa membedakan salah dan benar --hiks, maafkan kami, ya Nak...

Nasihat Bapak menyadarkan kami, bahwa setiap anak lelaki adalah unik. Mereka memiliki kelebihan masing-masing. Mereka harus dihadapi dengan cara yang berbeda. Cara yang tepat, tentu saja.

Semoga, Allah memudahkan kami untuk menjadi orangtua terbaik bagi tiga anak lelaki yang diamanahkan Allah pada kami. Hingga kami mampu mengantarkan mereka menjadi manusia hebat, yang tinggi derajatnya, mulia akhlaknya dan sehat lahir batinnya, aamiin.

We luv U, Zaki <3

Saturday 25 May 2013

Desaru

Ini kali pertama Thariq dan Zaki bermain di pantai. Di Desaru, tepatnya. Alhamdulillah, Ayah mendapat undangan Family Gathering di Fakulti tempat beliau bekerja. Sejak beberapa hari sebelumnya, anak-anak sudah sibuk mempersiapkan diri. Mereka memang sudah pernah meliaht pantai karena kami sering lewat Danga Bay yang berhadapan langsung dengan Singapura. Tapi merasakan pasirnya, belum pernah sama sekali.

Satu hari menjelang berangkat, kami belanja mainan untuk membuat istana pasir. Semua hal sudah tertata rapi di benak Mama. Sayangnya, malam itu Ayah datang dengan membawa kabar yang kurang menyenangkan.

Si biru, Wira 96 kami, terkena gearnya. Menurut Haji Halil, harus diganti. Ga boleh dibawa pergi jauh. Ayah bilang, ke Desarunya dibatalkan. Hiks, sedihnyaaa... Alhamdulillah, Mama dapat akal.

Singkat cerita, kami menyewa mobil dari Pak Aulia. Alhamdulillah, pagi-pagi menjelang berangkat, Myvi 2006 berwarna merah saga, sudah nangkring di depan rumah. Asyiknyaaaa....

Anak-anak sibuk 'mencoba' mobilnya. Sementara Mama masih sibuk juga di dapur, menyelesaikan pesanan IKMI untuk acara esok hari: 100 risoles dan 4 loyang brownies, ouch!

Tepat jam 12 siang, semua selesai. Kami siap berangkat. Tentu mampir dulu ke rumah Bu Has untuk mengantar kue.

Kami yang tak pernah ke mana-mana, hanya mengandalkan Sygic saja. Alhasil, si dia menunjukkan jalan yang teramat puanjaaaaangggg. 121km, lewat Kota Tinggi, whoaaaaa....! --sempat kesasar ke jalan menuju Mersing segala, hihihi *of the record*--


Jalan yang berliku, sempit, naik turun dan ramai kendaraan. Ada rombongan biker di depan kami. Berpuluh motor, berjajar-jajar. Terpaksa kami menguntit dari belakang, lambat-lambat. Hampir tiga jam kami di perjalanan, hingga akhirnya menemukan sebuah monumen bertuliskan Bandar Penawar! Alhamdulillah, Desaru sudah dekat!

Dan syukur, kami pun mendapatkan kamar dekat kolam renang. G-101. Begitu masuk, anak-anak sibuk ber-whaa... whaaa, alias takjub dengan fasilitas dan bagusnya tata letak kamar. Tanpa perintah, mereka langsung menyalakan AC, TV dan naik ke kasur, hahaha... *norak*

Sementara si kecil langsung nyemplung ke bathtub.. yeyyy!

Setelah mandi, Mama menyiapkan semua anggota keluarga dengan baju rapi jali khas kostum dinner. Maklum, dah mau maghrib. Biar sekalian, gitu. Kan bawa bajunya juga dikit, hohoho...

Sampai di lapangan dekat tempat dinner, Mama shock! Ternyata acaranya adalah permainan keluarga, wahahaha... saltum deh! Gak pa pa, Satria and Fam, pantang mundur. Meski dengan baju resmi, kami tetap berpartisipasi.

Farid ikutan lomba mengutip gula-gula. Lucu sekali! Dia bisa, lho, diberikan instruksi. Dengan plastik di tangan, dia lari menuju seberang sana, untuk mengambil jelly dan gula-gula. Tapi oh tapi... saat menemukan jelly untuk pertama kalinya, bukannya dimasukkan ke dalam plastik dan melanjutkan tugas, malah minta dibukain... whoaaaaa! Mama guling2, gagal jadi emaknya sang juara, hiks... hiks... *lebay

Akhirnya, saat semua peserta sibuk memberikan hasil kutipannya *bahasanya, hihi* ke panitia, Farid sibuk makan jelly... nyam!

Dan lomba berikutnya diikuti oleh Thariq. Lombanya adalaaaahhhhh... "mengutip gula-gula dengan mulut!" --mana gula-gulanya diletakkan di dalam taburan tepung lagi, wahahaha... hasilnya, Thariq berhasil mendapatkan dua buah gula-gula, dengan mulut dan hidung penuh tepung, xixixixi *ga tega*

Sayangnya, si Ayah ga ikutan lomba. Malu kalah katanya... idiiiihhhh, masak Satria begitu sih? Bukannya pas kecil jagonya main? :-P

Sore itu, lomba diakhiri dan direncanakan akan dilanjutkan esok hari. Kesempatan kami untuk ke pantai.

Tadinya kami cuma mau foto-foto saja. Tapi namanya anak-anak, saling lempar pasir dan sebagainya akhirnya basah deh tuh bajuuu... Yaahhh, demi pengalaman baru si anak, gak pa pa lah! Lalu, siapa yang bisa marah kalau lihat mereka bahagia seperti ini?

Tuesday 7 May 2013

Sehat Terus, Nak...

Hari minggu kemarin --5 May--, saat Malaysia mengadakan pilihan raya, Mama dikejutkan dengan tangisan Farid yang tak biasa. Ketika mandi pun kakinya bergetar, seperti tak kuat menyangga tubuhnya. Mama angkat, dan periksa, tak ada apa-apa yang mencurigakan.

Mama langsung bangunkan Thariq dan Thariq handle Farid pagi itu sementara Mama nyapu dan ngepel.

Farid dan Thariq menonton video water cat di Utube.

Mama dengar, Thariq mencoba mengobati kaki adiknya dengan doa. Mama terharu sekali. Dalam hati, Mama yang dipenuhi rasa khawatir mengaminkan usaha Thariq.

Lalu Mama selesai ngepel. Lantai dah kering.

Farid mulai turun. Mulai ceria. Mulai jalan meski kaki kirinya masih 'dengkling'.

Makin siang kakinya makin oke. Alhamdulillah...
Lalu Mama bilang, kalau Farid sembuh, kita akan ke Legoland!

Alhamdulillah, Farid makin ceria.

Esoknya masih sama. Tapi mendingan, Alhamdulillah.

Hari ini, Selasa... Ahamdulillah Farid dah ceria. Seperti biasa, berjalan dengan kaki yang normal. Duh, Nak... sehat terus ya. Mungkin kakimu sakit karena kena karpet tempo hari pas dikejar2 Thariq waktu mau dipakaikan jaket yaa... Mama lihat, kamu pegang jempol dan kaki kirimu dengan wajah meringis.

Atau bisa jadi kedinginan karena AC?

Ya Allah...
Jagalah fitrah anak-anakku.
Berilah mereka kesehatan lahir batin, kecerdasan otak, akhlak yang mulia dan derajat yang tinggi dunia akhirat, aamiin...

Berbenah

Haduuuh, maafkan Mama anak-anakku. Baru sekarang Mama bisa nulis lagi cerita tentang kalian.

Hari ini, Mama baca sebuah artikel yang ditulis seorang Ibu berdomisili di Jepang. Beliau mengatakan bahwa di sana, pendidikan moral sangat ditekankan.

Salah satu yang mungkin bisa Mama adopsi untuk kalian di tahap awal adalah soal tolong menolong. Hmm, rasa-rasanya... empati di antara kalian belum terbangun sempurna. Kalian hanya mau membantu saudara jika Mama minta.

Naaahhhh...

Ini nih yang kudu dibenahi.

Okeee...

Mulai besok, insya Allah, Mama akan menetapkan petugas harian dan Mingguan di rumah kita. Petugas harian dan Mingguan, Ma?

Iya, benar! Petugas harian yang akan membantu Mama 'melayani' anggota keluarga lainnya.

Tugasnya?
1.Membantu Mama menjaga Farid. Misalnya, kalau Mama perlukan bantuan mengambil diapers, misalnya, petugas harianlah yang mengerjakan. Okee?

2. Mengingatkan saudaranya untuk sholat dan mengaji. Pastinya, yang mengingatkan juga harus ingat duluan, dong, ya!

3. Mengingatkan saudaranya untuk MANDI. Nah loh! Siapa malas mandi? ho ho hoooo...

Petugas Mingguan.
Tugasnya mudah saja.
1. Membantu Mama menyapu rumah.
2. Membantu Mama membersihkan mainan.
3. Membantu Mama menyajikan makanan saat kita makan bareng.
4. Jika kita jalan-jalan, petugas mingguan bertugas membantu Mama menyiapkan perbekalan.

Naahhh, segitu dulu deh...
kita try out dulu yaa. Insya Allah, ke sananya akan semakin sholeh anak-anak Mama, aamiin...

Luv U Kiddos!
Mama