Saturday 15 June 2013

Para Pemanah Hatiku

Hari ini, anak-anak ikutan rihlah emaknya. Pergi ke Danga City Mall untuk rihlah. Alhamdulillah, kami niatkan untuk mendapat pengalaman baru. Memberi pengalaman berbeda untuk kiddos dan membahagiakan mereka. 

Mama nyetir sendiri, lho... *makasih, Ayah <3
Alhamdulillah, ditemani Ammah Aina, kita semua sampai dengan selamat.

Di sana.

Bowling dulu, :-P

Lalu memanah. Saat memanah, Zaki keukeuh pengen nyobain, padahal umurnya belum cukup. Sedih lihat Zaki mau nangis. Alhamdulillah, akhirnya boleh. 

Dan dia seneng banget bisa memanah meskipun belum tepat sasaran.

Sehat terus ya Nak... sehat. cepat gemuk.

Doakan Mama dan Ayah bisa menjadi orang tua yang baik untuk kalian ya Iq, Zak, dan Farid...

Mama sayaaaang kalian, 

Monday 10 June 2013

Inilah Hasil Perjuanganmu, Nak...

Anakku, Thariq dan Zaki.

Ingatkah kalian, di akhir bulan Juni 2007, bertiga kita berangkat berhijrah ke negeri ini. Negeri asing, tempat ayahmu menuntut ilmu.
Bertiga saja kita kuatkan hati, demi berjumpa dengan Ayah yang sudah menanti.

Kita menyaksikan lambaian tangan dan doa-doa dipanjatkan, oleh Mbah Halim... Mbah Uti, para Oom dan Bulik kalian. Menyaksikan mata mereka mengembun, merasakan kelopak mata yang basah.

Lalu kita sampai jua di negeri ini. Disambut senyum Ayah yang hampir saja tak kalian kenali. Senyum haru bercampur duka, karena Ayah hanya bisa menjemput di bandara, bukan di negeri kita seperti keinginan hatinya.

Lalu kita diajak naik bus, dari Kuala Lumpur menuju Johor, tempat Ayah menuntut ilmu sekaligus bekerja.
Ingatkah kalian, Nak. Aroma baru sepanjang jalannya? Suasana baru, tarian pohon sawit di ladang... juga kendaraan dengan kecepatan di atas rata-rata.

Mama tersenyum sendiri kala itu. Sungguh, meski Mama tak tahu kehidupan seperti apa yang akan kita jalani, tapi Mama bersyukur... Mama bahagia, karena Allah sudah menyiapkan satu episode baru dalam hidup kita.

Dan hari berganti.
Jika di Bandung kalian adalah anak seorang Ibu asisten direktur sebuah LSM bertaraf nasional, di tanah rantau ini, kalian adalah anak seornag Ibu penjual kue.

Penjual kue yang setiap sore menyiapkan dagangan untuk keesokan hari.
Penjual kue yang begadang memenuhi pesanan pelanggan.
Penjual kue yang setiap pagi meninggalkan kalian, bermotor sebelum bermobil, menuju kedai-kedai tempat kue dititipkan.

Alhamdulillah ala kulli hal...

Sungguh, hanya senyum di bibir Mama ketika mengetikkan tulisan ini. Mama bangga, karena bisa menikmati setiap detik yang terlewati. Suka maupun sedih...

Dan Nak...
Setelah perjuangan panjang. Setelah hadirnya adik Farid melengkapi cerita kita,

Hari itu, tanggal 14 Oktober 2012, Ayah kalian diwisuda.

Melihat video Ayah menerima ijazah dari Sultanah, mengalir air mata Mama.

Inilah hasil perjuangan kalian, Sayangku...
Kalian penyemangat hidup Ayah dan Mama, ketika lelah sudah sedemikian meraja.

Kini, kami persembahkan hadiah indah ini untuk kalian bertiga.
Doa kami,

Semoga Allah mudahkan jalan hidup kalian,
hingga dapat meraih kebaikan dan kesuksesan dunia akhirat,
jauh lebih tinggi dari kami berdua.


Thursday 6 June 2013

Matikan HPnya, Mas...

Baca berita hangat tentang pemukulan seorang pramugari maskapai nasional oleh pejabat hanya karena ditegur untuk mematikan HP, saya jadi ingat kejadian beberapa tahun lalu.

Saat itu, kami sekeluarga sedang dalam perjalanan mudik ke kampung halaman. Kami naik pesawat dari LCCT Kuala Lumpur menuju Surabaya, satu pesawat dengan begitu banyak pekerja dari Indonesia lainnya. Kebanyakan dari mereka, membawa alat komunikasi yang cukup canggih. HP Mas kalah jauhhhh, :-)

Singkat cerita, saat pesawat mau take off, suami yang duduk di seberang kanan saya, mengingatkan penumpang di sebelahnya untuk mematikan HP.

Sekali... dua kali, sang penumpang bergeming. Hanya menengok sebentar, lalu kembali asyik dengan HPnya.

Bahkan ketika pramugari mengingatkan, beliau juga tetap pada posisi semula. Saya mengecek headphone di telinganya, jangan-jangan masih nempel dan beliau tidak mendengar anjuran Si Mas dan Pramugari tersebut.

Tapi nyatanya tidak. Reaksinya benar-benar menguji kesabaran. Hingga akhirnya suami kembali mengingatkan, "Mas, tolong, HPnya dimatikan. Pesawat sudah mau take off."

Setelah memandang agak lama, penumpang tersebut akhirnya menurut. Kami menarik napas lega. Tapi....

"Matikannya bukan hanya begitu, Mas. Di non aktifkan, dipencet yang itu," ucap Mas sambil nunjuk tombol untuk menonaktifkan HP sang penumpang.

Saya mengerutkan kening ketika penumpang tersebut tampak sangat bingung dan heran dengan perkataan Mas.

"Apanya?"

"Boleh saya bantu?" Mas menawarkan diri.

Sang penumpang memberikan HPnya.

KLIK! HP pun non aktif.

Sang penumpang tampak makin kebingungan. Menekan-nekan tombolnya tak berhasil juga, hingga akhirnya, "HP saya sampean apakan? Kok enggak mau hidup? Nanti kalau rusak gimana?" *panik*

"Tenang, Mas. Nanti kalau sudah mendarat saya betulkan." ucap Mas cuek.

Ohohoho, no komen dehhh...

Jagoan Baru

Ini kali ketiga kami berempat menyaksikan International Horse Show di UTM. Dua tahun lalu, saat saya sedang hamil besar. Waktu itu, suami juga sedang menulis thesisnya. Jadilah hanya saya, Thariq dan Zaki kecil yang ke sana. Ingat betul, dengan perut besar saya nyetir dari U8. Udara panas Johor terasa semakin panas akibat efek rumah kaca di mobil istimewa kami, Corolla 85. Semua jalan menuju lapangan kuda ditutup. Kami pun parkir di atas, di parkiran gedung S sekian *lupa nomornya, :-)

Saya menggandeng Thariq dan Zaki menyeberang jalan yang terkenal sebagai tempat paling seram karena sering kecelakaan. Alhamdulillah aman sampai di lapangan dekat kuda, dan kami bisa menikmati show itu dengan tenang dan bahagia *duh, bahasanya, hehehe.


Itulah pertama kali kami mengenal Nabil Ismail, rider yang hebat dan langsung menjadi idola kami. Saking senengnya sama si Nabil, kami bahkan berencana menamai deja Nabil Ismail juga supaya kelak pandai berkuda. Beuuu... :-)

Oh iya, sempat ada percakapan lucu antara saya dengan anak-anak. Melihat hebatnya beliau *dilarang protes*, saya ingin sekali punya anak yang pandai berkuda juga. Maka saya pun menanyai anak-anak:

Saya: "Bang, Mama sekolahkan berkuda, ya. Biar hebat kayak Nabil Ismail." *ngarep, ga mikir biayanya dari mana*
Iq    : "Enggak mau."
Saya: "Zaki mau, ya." *ngerayu, biaya mah dipikir nanti, yang penting mau dulu*
Zaki: "Enggak."
Saya: "Terus, siapa dong? *sedih*
Iq dan Zaki: "Adik di perut aja." *tanpa ekspresi*

Huwaaaa... kasiannya deja, belum lahir sudah dibebani dengan keinginan Mama, hiks...

Tahun berikutnya, deja dah lahir dong, ya... 
Tapi rupanya kami lupa dengan obsesi kami sebelumnya, dan adik pun dinamai Muhammad Yusron Farid *semoga dimudahkan menjadi orang hebat, aamiin*

Seperti tahun sebelumnya, kami pergi sendiri tanpa Ayah mendampingi. Kali ini pasukan bertambah seorang lagi, bayi berusia sembilan bulan, :-) *niat banget*
Sementara si Ayah masih menyelesaikan koreksian thesis di Makmal *Alhamdulillah sudah VIVA dan lulus*. 

Alhamdulillah, tahun kemarin banyak barengannya. Keluarga Mbak Rela, keluarga Mbak Lina dan keluarga Bu Ida. Seneeeeng banget :-)

Dan lagi-lagi Nabil Ismail kembali menjadi juaranya. Bedanya, kali ini tak ada lagi percakapan seperti tahun sebelumnya *dah jelas-jelas mereka enggak mau. Nanti aja kalau Farid dah besar, mau ditanya langsung, hihihi --keukeuh

Tahun ini, 6-9 Juni 2013, show digelar lagi. Rumah kami sudah pindah, tak lagi di U8 seperti tahun sebelumnya. Tapi yang namanya punya idola, wajib lihat idolanya main, laaahhh!

Alhamdulillah, tak seperti dua tahun sebelumnya, kali ini kami tak perlu kepanasan. Wira 96 menyelamatkan kami dari panasnya udara Johor, hohoho *lebayyy*

Kami berangkat pukul 4 sore, jauh melenceng dari niat awal. Tadinya mau nonton bareng Ummu Wafa, Wafa dan Husna. Sayangnya gagal karena Wafa dan keluarga sudah keluar dari pagi meriksakan deja di perut, :-) *insya Allah lain kali ya, aamiin...

Sampai di sana, seperti biasa jalan utama ditutup. Tapi tahun ini disediakan parkir khusus kendaraan awam, di padang yang sebelumnya hanya ditanami rumput. Karena cuaca sangat panas, saya pun nyari parkir yang sedikit teduh. Alhamdulillah ada, meskipun harus berbeda dengan barisan kendaraan yang lain. Kami mojok sendirian di ujung, di tempat yang terkena bayangan deretan pohon di kiri jalan, :-) 

Setelah mobil terparkir sempurna, kami berjalan menuju panggung yang disediakan untuk penonton. 

Zaki sadar kamera, :-)
Sayangnya, show baru saja selesai. Lapangan sedang diratakan kembali. Sementara rider dan kuda yang akan show berikutnya sedang berlatih di lapangan sebelah. 


Daannnn, setelah menunggu beberapa lama, akhirnya show pun dimulai. Pak Man yang masih muter-muter meratakan pasir diminta keluar arena, hihihi... *Pak Man-nya cool, malah muter sekali lagi, :-) *lupa moto Pak Man dan kendaraan ajaibnya, :-)

Satu per satu rider menunjukkan kebolehannya. Ada yang balok rintangannya jatuh satu, dua bahkan ada yang dieliminasi karena terjatuh dari kuda. Hiks, sedihnya... pulang dengan berjalan kaki, :-(


Hingga tibalah saatnya si gadis cilik. The younger rider dari UK menunjukkan kebolehannya. Satu per satu rintangan ia lewati dengan mulus dan cepat. Hingga rintangan terakhir, ia sama sekali tak menjatuhkan balok.

 Ia pun menjadi yang tercepat, hanya perlu 55 detik saja untuk melewati 10 rintangan. Tepuk tangan bergemuruh, kuda pun ditepuk-tepuk sayang oleh pemiliknya.

Emak Thariq terharuuuu... menetes air mata melihat ridernya begitu berterima kasih sama si kuda. Si neng geulis pulang dengan bangga, disambut sang Mama dan Nenek tercinta, difoto berulang kali. 

Hebatnyaaa... 
Keinget, tahun kemarin, gadis cilik ini hanya ikut di lomba terakhir, sebagai penggembira. Ia menjatuhkan banyak balok waktu itu.

Tiba-tiba ada keinginan untuk berfoto bersama. Setelah merayu Iq untuk menjadi fotografer dan berhasil, kami berjalan menuju keluarga penunggang hebat itu berkumpul. Rupanya beberapa orang sudah mengerubuti mereka. Meminta difoto bahkan ada yang minta dinaikkan ke kudanya. Dan keluarga itu ternyata ramahhhh banget.

Kami pun berkenalan.Si kecil yang comel dan hebat itu bernama Cathy. Dan Mamanya sibuk memberikan permen polo pada sang kuda, sebagai hadiah atas kerjasama yang baik selama show... hmmm, saat kami foto, harum polo menguar dari mulut si kuda keren... *baru tahu kalau kuda suka permen... polo pula, hihihi*




Kejutan berikutnya, ketika sampai di parkiran... di sebelah kiri kami sudah berjajar mobil lain. Hahaha, kok bisa, ya? Padahal kami kan parkirnya ga ngikut barisan yang lain, :-) Mungkin semua nyari yang teduh, seperti kami, hehehe. 


Sunday 2 June 2013

Disiplin

Jika saya tahu, mengajarkan disiplin dan tanggung jawab pada anak sesederhana ini, mungkin saya akan melakukannya sejak sebelas tahun lalu. Tapi tak ada kata terlambat bukan?

***
Pagi tadi, Farid bangun dengan senyuman, seperti biasa. Ia berlari-lari mendekati saya yang sedang menggoreng risoles untuk dibawa ke seorang kenalan yang baru melahirkan.

"Assalamu'alaikum, Anak Shalih," sapa saya, lengkap dengan senyum manis.

Farid: *tersenyum* "Mama... mama." *sambil nunjuk sewadah risoles hangat di atas meja seterikaan.

"Tunggu ya, Nak. Masih panas. Farid mandi dulu, ya. Lepas mandi baru maem risolesnya," jawab saya, sambil cuci tangan.

Setelah tangan bersih, saya langsung mengajak Farid ke kamar mandi untuk mandi pagi. Setelah disabun dan bersih, Farid rupanya ingin main air dulu. Saya pun membiarkannya, "Nanti kalau sudah selesai bilang Mama, ya."

"Heh," jawabnya sambil memegang selang air, 'mencuci' segala yang ia lihat.

Saya kembali ke dapur, memanir kroket agar segera dapat digoreng setelah semua risoles matang.

"Maaa...," teriak Farid dengan senyuman, sambil berlari-lari menuju tempat risoles berada.

"Oh iya, tunggu, ya. Ganti baju dulu," saya mengajaknya ke kamar dan memakaikan baju.

Setelah rapi, lagi-lagi saya lupa untuk memberinya risoles. Ia pun kembali berlari mendekati saya yang sedang menggoreng kroket, lalu menunjuk wadah yang sudah ditunjuknya dua kali itu.

Setelah tidak ada reaksi dari saya *takut gosong, booook*, ia menuju rak piring kering, mengambil mangkuk lalu menunjuk risoles.

"Masya Allah, pandainya anak mama!" teriak saya sambil tersenyum bangga *halah, baru nyadar*.
Tanpa menjanjikan apa-apa lagi, saya segera mengisi mangkuk kosong itu dengan risoles dan si bayi 22 bulan saya berlari ke Masnya, minta disuapin.

Sambil menakar tepung untuk brownies, saya teringat tingkah Farid lainnya yang berhasil mengukir senyum syukur. Minum dengan duduk, setiap melihat gunting langsung diserahkan ke saya, memakai sandal saat turun ke halaman, mandi di kamar mandi depan dan BAB di kamar mandi belakang.

Pernah, saat ikut mengaji dengan saya, tanpa sengaja Farid menendang gelas kosong. Tanpa komentar, ia langsung meletakkan gelas ke posisi semula.

Ah... Allah, Alhamdulillah. Betapa bersyukur saya saat ini.

Lalu saya ingat-ingat, apa yang telah saya lakukan hingga ia begitu? Hanya satu, konsisten melakukan kebaikan: mengajarkan, menyuruh dan yang penting memberikan teladan.

Semoga saya bisa istoqomah melakukannya agar kebaikan yang sudah berhasil ia lakukan saat ini, tidak luntur akibat kelalaian saya, aamiin.

Mohon doa ya semuanya, :-)